1.Function Generator
Function Generator merupakan suatu
alat yang menghasilkan sinyal/gelombang sinus (ada juga gelombang segi
empat, gelombang segi tiga) dimana frekuensi serta amplitudenya dapat
diubah‐ubah. Pada umumnya dalam melakukan praktikum Rangkaian
Elektronika (Rangkaian Listrik), generator sinyal ini dipakai
bersama‐sama dengan osiloskop.
Gambar Function Generator
Beberapa tombol/saklar pengatur yang biasanya terdapat pada generator ini adalah :
- Saklar daya (power switch): Untuk menyalakan generator sinyal, sambungkan generator sinyal ke tegangan jala‐jala, lalu tekan saklar daya ini.Pengatur Frekuensi: Tekan dan putar untuk mengatur frekuensi keluaran dalam range frekuensi yang telah dipilih.Indikator frekuensi: Menunjukkan nilai frekuensi sekarang.
- Terminal output TTL/CMOS: terminal yang menghasilkan keluaran yang kompatibel dengan TTL/CMOS
- Duty function: Tarik dan putar tombol ini untuk mengatur duty cycle gelombang.
- Selektor TTL/CMOS: Ketika tombol ini ditekan, terminal output TTL/CMOS akan mengeluarkan gelombang yang kompatibel dengan TTL. Sedangkan jika tombol ini ditarik, maka besarnya tegangan kompatibel output (yang akan keluar dari terminal output TTL/CMOS) dapat diatur antara 5‐15Vpp, sesuai besarnya tegangan yang kompatibel dengan CMOS.
- DC Offset: Untuk memberikan offset (tegangan DC) pada sinyal +/‐ 10V. Tarik dan putar searah jarum jam untuk mendapatkan level tegangan DC positif, atau putar ke arah yang berlawanan untuk mendapatkan level tegangan DC negatif. Jika tombol ini tidak ditarik, keluaran dari generator sinyal adalah murni tegangan AC. Misalnya jika tanpa offset, sinyal yang dikeluarkan adalah sinyal dengan amplitude berkisar +2,5V dan ‐2,5V. Sedangkan jika tombol offset ini ditarik, tegangan yang dikeluarkan dapat diatur (dengan cara memutar tombol tersebut) sehingga sesuai tegangan yang diinginkan (misal berkisar +5V dan 0V).
- Amplitude output: Putar searah jarum jam untuk mendapatkan tegangan output yang maksimal, dan kebalikannya untuk output ‐20dB. Jika tombol ditarik, maka output akan diperlemah sebesar 20dB.
- Selektor fungsi: Tekan salah satu dari ketiga tombol ini untuk memilih bentuk gelombang output yang diinginkan
- Terminal output utama: terminal yang mengelurakan sinyal output utama
- Tampilan pencacah (counter display): tampilan nilai frekuensi dalam format 6×0,3″
- Selektor range frekuensi: Tekan tombol yang relevan untuk memilih range frekuensi yang dibutuhkan.
- Pelemahan 20dB: tekan tombol untuk mendapat output tegangan yang diperlemah sebesar 20dB
Cara Pemakaian Function Generator :
- Hidupkan power supply
- Konekan cable BNC ke konektor sesuai dengan yang di inginkan. misal ingin menghasilkan sinyal TTL output makan konektor di hubungkan pada konektor TTL output dan jika untuk sinyal sinusolida dan segitiga hubungkan pada Output 50 Ohm
- Untuk menghasilkan frekuensi gelombang kotak pengaturan yang di atur adalah selector TTL CMos untuk mengatur amlitudonya atau besar tegangan yang diinginkan. dan untuk mengatur dutyCycle maka putarlah selector DutyCycle. sebelum mengaturnya tarik stang selector.
- Untuk menghasilkan Frekuensi gelombang Sinusolida dan Geombang Segitiga maka Maka pengaturan amplitudonya pada Sector Ampl dan konektor BNC pada output 50 0hm. Untuk meningkatkan besar tegangan atau amplitudonya maka tari stang selector dan aturlah maximal tegangan 15V.
- Untuk menghasilkan Frekuensi yang di inginkan maka pilihlah tombol frekuensi yang diinginkan dan selector pengali yang sesuai. misal diinginkan 2K Hz pada pilihlah tombol 1Kz dan atur selector pengali pada 2.0
2.Oscilloscope
Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Ada beberapa jenis osiloskop berbasis komputer, dan telah diimplementasikan, salah satu jenis osiloskop digital berbasis komputer menggunakan sound card yang dikendalikan di bawah sistem operasi Linux. Perangkat keras maupun perangkat lunak yang mengendalikannya telah diuji fungsi dan kebenarannya, dan sudah dapat berfungsi dengan baik dan benar. Perangkat keras memiliki kemampuan menerima frekuensi masukan sampai 4 MHz, namun karena memanfaatkan sound card stereo CMI 8738, frekuensi masukan hanya mencapai 20 kHz sesuai kemampuan sound card menerima frekuensi pada mode stereo dengan resolusi 16-bit.
Perangkat lunak pengendali diimplementasikan menggunakan program bantu GCC (GNU Compiler Collections) pada Linux, dan dengan memanfaatkan pengolah grafik X-Window, program ini sudah dapat menampilkan grafik dari sinyal yang diukur sebagaimana tampilan pada osiloskop dual trace.Osiloskop yang diimplementasikan dalam penelitian ini dinamai Xoscope dibuat oleh Tim Witham, memilih dua kanal input yang dapat bekerja secara simultan dan dapat dikembangkan menjadi delapan kanal input, juga dapat menerima masukan dari ProbeScope Cat.No. 22-310 melalui input port serial (long= frekuensi input bisa mencapai 5 MHz).
Gambar Oscilloscope
A. Bagian-Bagian Osiloskop Beserta Fungsinya
Fungsi masing-masing bagian yaitu;
No
|
Bagian-Bagian Osiloskop
|
Fungsi
|
1
|
Volt atau div
|
Ø Untuk mengeluarkan tegangan AC, mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar
|
2
|
CH1 (Input X)
|
Ø Untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau pembacaan posisi horizontal,
Ø Terminal masukan pada saat pengukuran pada CH 1 juga digunakan untuk kalibrasi.
Ø Jika signal yang diukur menggunakan CH 1, maka posisi switch pada CH 1 dan berkas yang nampak pada layar hanya ada satu.
|
3
|
AC-DC
|
Ø Untuk memilih besaran yang diukur,
Ø Mengatur
fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop. Jika tombol
pada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor kopling
sehingga hanya melewatkan komponen AC dari sinyal masukan. Namun jika
tombol diletakkan pada posisi DC maka sinyal akan terukur dengan
komponen DC-nya dikutsertakan.
Ø Posisi
AC = Untuk megukur AC, objek ukur DC tidak bisa diukur melalui posisi
ini, karena signal DC akan terblokir oleh kapasitor.
Ø Posisi DC = Untuk mengukur tegangan DC dan masukan-masukan yang lain.
|
4
|
Ground
|
Ø Untuk memilih besaran yang diukur.
Ø Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar.
|
5
|
Posisi Y
|
Ø Untuk mengatur posisi garis atau tampilan dilayar atas bawah.
Ø Untuk menyeimbangkan DC vertical guna pemakaian channel 1 atau (Y).
Ø Penyetelan dilakukan sampai posisi gambar diam pada saat variabel diputar.
|
6
|
Variabel
|
Ø Untuk kalibrasi osiloskop.
|
7
|
Selektor pilih
|
Ø Untuk memilih Chanel yang diperlukan untuk pengukuran.
|
8
|
Layar
|
Ø Menampilkan bentuk gelombang
|
9
|
Inten
|
Ø Mengatur
cerah atau tidaknya sinar pada layar Osiloskop. Diputar ke kiri untuk
memperlemah sinar dan diputar ke kanan untuk memperterang.
|
10
|
Rotatin
|
Ø Mengatur posisi garis pada layar,
Ø Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar
|
11
|
Fokus
|
Ø Menajamkan garis pada layer untuk mendapatkan gambar yang lebih jelas, digunakan untuk mengatur fokus
|
12
|
Position X
|
Ø Mengatur posisi garis atau tampilan kiri dan kanan. untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol)
Ø Untuk
menyetel kekiri dan kekanan berkas gambar (posisi arah horizontal)
Switch pelipat sweep dengan menarik knop, bentuk gelombang dilipatkan 5
kali lipat kearah kiri dan kearah kanan usahakan cahaya seruncing
mungkin.
|
13
|
Sweep time/div
|
Ø Digunakan
untuk mengatur waktu periode (T) dan Frekwensi (f), mengatur berapa
nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar
Ø Sakelar
putar untuk memilih besarnya tegangan per cm (volt/div) pada layar
CRT, ada II tingkat besaran tegangan yang tersedia dari 0,01 v/div s.d
20V/div
Ø Yaitu
untuk memilih skala besaran waktu dari suatu priode atau pun square
trap Cm (div) sekitar 19 tingkat besaran yang tersedia terdiri dari
0,5 s/d 0,5 second.pengoperasian X-Y didapatkan dengan memutar penuh
kearah jarum jam. Perpindahan Chop-ALT-TVV-TVH. secara otomatis dari
sini. Pembacaan kalibrasi sweep time/div juga dari sini dengan cara
variabel diputar penuh se arah jarum jam.
|
14
|
Mode
|
Ø Untuk memilih mode yang ada
|
15
|
Variabel
|
Ø Untuk kalibrasi waktu periode dan frekwensi.
Ø Untuk
mengontrol sensitifitas arah vertical pada CH 1 (Y) pada putaran
maksimal ke arah jarum jam (CAL) gunanya untuk mengkalibrasi
mengecek apakah Tegangan 1 volt tepat 1 cm pada skala layar CRT.
Ø Digunakan
untuk menyetel sweeptime pada posisi putaran maksimum arah jarum jam.
(CAL) tiap tingkat dari 19 posisi dalam keadaan terkalibrasi .
|
16
|
Level
|
Ø Menghentikan gerak tampilan layar.
|
17
|
Exi Trigger
|
Ø Untuk trigger dari luar.
|
18
|
Power
|
Ø Untuk menghidupkan Osiloskop.
|
19
|
Cal 0,5 Vp-p
|
Ø Kalibrasi awal sebelum Osiloskop digunakan.
|
20
|
Ground
|
Ø Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layer, ground Osiloskop yang dihubungkan dengan ground yang diukur.
|
21
|
CH2 ( input Y )
|
Ø Untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau pembacaan Vertikal.
Ø Jika signal yang diukur menggunakan CH 2, maka posisi switch pada CH 2 dan berkas yang nampak pada layar hanya satu.
|
B. Fungsi Osiloskop Secara Umum
Secara umum osiloskop berfungsi untuk
menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-ubah terhadap waktu yang
ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal yang sedang diamati.
Dengan Osiloskop maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode
dan tegangan dari sinyal. Dengan sedikit penyetelan kita juga bisa
mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran. Ada beberapa kegunaan osiloskop lainnya, yaitu:
· Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
· Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
· Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik.
· Membedakan arus AC dengan arus DC.
· Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.
Osiloskop
terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display
menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan
berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat
garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk
kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan
garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar. Pada
umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk
melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk
melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.
Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada layar monitor osiloskop, yaitu:
1. Gelombang sinusoida
2. Gelombang blok
3. Gelombang gigi gergaji
4. Gelombang segitiga.
Untuk
dapat menggunakan osiloskop, harus bisa memahami tombol-tombol yang ada
pada pesawat perangkat ini, seperti telah diutarakan diatas. Secara
umum osiloskop hanya untuk circuit osilator ( VCO ) disemua perangkat
yg menggunakan rangkaian VCO. Walau sudah berpengalaman dalam hal
menggunakan osiloskop, kita harus mempelajari tombol instruksi dari
pabrik yg mengeluarkan alat itu. Cara menghitung frequency tiap detik.
Dengan rumus sbb ; F = 1/T, dimana F = freq dan T = waktu. Untuk
menggunakan osiloskop haruslah berhati-hati, bila terjadi kesalahan
sangat fatal akibatnya.
C. Prinsip Kerja Osiloskop
Prinsip
kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop
terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau Cathode Ray Tube (CRT).
Secara prinsip kerjanya ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART -
analog real time oscilloscope) dan tipe digital (DSO-digital storage
osciloscope), masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para
insinyur, teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu
mencermati karakter masing-masing agar dapat memilih dengan tepat
osiloskop mana yang sebaiknya digunakan dalam kasus-kasus tertentu yang
berkaitan dengan rangkaian elektronik yang sedang diperiksa atau diuji
kinerjanya.
1. Osiloskop Analog
Osiloskop
analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas
electron dalam tabung sesuai bentuk gambar yang diukur. Pada layar
osiloskop langsung ditampilkan bentuk gelombang tersebut.
Osiloskop
tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang
listrik dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam
sebuah tabung sinar katoda (CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan.
Osiloskop
analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif
lebih murah daripada osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan
pengaturannya yang mudah dilakukan karena tidak ada tundaan antara
gelombang yang sedang dilihat dengan peragaan di layar, serta mampu
meragakan bentuk yang lebih baik seperti yang diharapkan untuk melihat
gelombang-gelombang yang kompleks, misalnya sinyal video di TV dan
sinyal RF yang dimodulasi amplitudo. Keterbatasanya adalah tidak dapat
menangkap bagian gelombang sebelum terjadinya event picu serta adanya
kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang yang frekuensinya rendah
(sekitar 10-20 Hz). Keterbatasan osiloskop analog tersebut dapat diatasi
oleh osiloskop digital. Sebagai contoh keseluruhan bidang skala pada
Gambar 3 dapat ditutup semua menjadi daerah yang dapat dilihat oleh
mata, misalnya dengan DSO dari Hewlett-Packard HP 54600. Pada gambar ditunjukkan diagram blok sederhana suatu osiloskop analog.
2. Osiloskop Digital
Osiloskop
digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur dan dengan menggunakan
ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah besaran tegangan yang
dicuplik menjadi besaran digital.
Dalam
osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu
disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian
menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu
gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya
mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia
mengulang proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan. Beberapa DSO
memungkinkan untuk memilih jumlah cuplikan yang disimpan dalam memori
per akuisisi (pengambilan) gelombang yang akan diukur.
Osiloskop
digital memberikan kemampuan ekstensif, kemudahan tugas-tugas akuisisi
gelombang dan pengukurannya. Penyimpanan gelombang membantu para
insinyur dan teknisi dapat menangkap dan menganalisa
aktivitas sinyal yang penting. Jika kemampuan teknik pemicuannya tinggi
secara efisien dapat menemukan adanya keanehan atau kondisi-kondisi
khusus dari gelombang yang sedang diukur.
D. Cara Penggunaan Osiloskop
Sebelum
osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu
disetel dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran.
Langkah awal pemakaian yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus
muncul di layar adalah garis lurus mendatar jika tidak ada sinyal
masukan. Yang perlu disetel adalah fokus, intensitas, kemiringan, x
position, dan y position. Dengan menggunakan tegangan referensi yang
terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian
sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu
tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz. Setelah
probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe pada terminal tegangan
acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika yang
dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu
kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan
dari puncak ke puncak sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div
(satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms) harus terdapat satu
gelombang untuk satu kotak. Jika masih belum tepat maka perlu disetel
dengan potensio yang terdapat di tengah-tengah knob pengganti Volt/div
dan time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop diatas berupa potensio dengan label "var".
Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Memastikan
alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan), disamping
untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi radio
atau jala-jala.
2. Memastikan probe dalam keadaan baik.
3. Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.
4. Tentukan
skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div pada
posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar,
gunakan skala Volt/Div yang besar. Jika sulit memperkirakan besarnya
tegangan masukan, gunakan attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe
atau skala Volt/Div dipasang pada posisi paling besar.
5. Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.
6. Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang stabil.
7. Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
8. Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.
E. Pengukuran Dengan Menggunakan Osiloskop
Osiloskop
adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik.
Pada kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan
bagaimana sinyal berubah terhadap waktu. Seperti yang bisa anda lihat
pada gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa pada sumbu vertical (Y)
merepresentasikan tegangan V, pada sumbu horisontal(X) menunjukkan
besaran waktu t.
Layar
osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10
kotak dalam arah horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang lebih kecil.
Sejumlah tombol pada osiloskop digunakan untuk mengubah nilai
skala-skala tersebut.
Osiloskop 'Dual Trace' dapat memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat yang sama. Cara ini biasanya digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda dalam suatu rangkaian elektronik.
Kadang-kadang sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3 dimensi. Sumbu vertikal(Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t. Tambahan sumbu Z merepresentasikan intensitas tampilan osiloskop. Tetapi bagian ini biasanya diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran.
Kadang-kadang sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3 dimensi. Sumbu vertikal(Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t. Tambahan sumbu Z merepresentasikan intensitas tampilan osiloskop. Tetapi bagian ini biasanya diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran.
Wujud/bangun
dari osiloskop mirip-mirip sebuah pesawat televisi dengan beberapa
tombol pengatur. kecuali terdapat garis-garis(grid) pada layarnya.
3.Cara Menghitung Beda Phasa
Hal yang memulai kompleksitas pada
rangkaian AC adalah saat kita menemui dua atau lebih nilai tegangan atau
arus AC dimana antara nilai-nilai tersebut ada satu nilai yang
“mendahului” nilai lainnya. Istilah “mendahului”, berarti kedua bentuk
gelombangnya tidaklah sinkron: titik puncak dan nol dari kedua gelombang
tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan. Gambar berikut ini dapat
mengilutrasikan kondisi tersebut.
Kedua gelombang tersebut (A dengan B)
memiliki amplitudo dan frekuensi yang sama, tetapi gelombang yang satu
mendahului gelombang yang lainnya. Dalam istilah teknisnya, ini disebut
beda fase (phase shift). Pada pembahasan sebelumnya kita dapat mengeplot
gelombang sinus dengan cara melakukan perhitungan fungsi trigonometri
sinus dari 0 derajat hingga 360 derajat, lingkaran penuh. Titik awal
dari gelombang sinus itu dimulai dengan amplitudo nol pada saat nol
derajat, bergerak naik pada suatu nilai amplitudo maksimum yang bernilai
positif pada 90 derajat, kemudian nol lagi saat 180 derajat, amplitudo
maksimum negatif saat 270 derajat, dan kembali ke titik nol awal pada
360 derajat. Kita dapat menggunakan skala sudut ini sepanjang sumbu
horisontal dari plot bentuk gelombang untuk menunjukkan seberapa jauh
suatu gelombang “meninggalkan” gelombang yang lain.
Beda fase antara kedua gelombang di atas
adalah sekitar 45 derajat, yang “A” mendahului gelombang yang “B”.
Contoh-contoh lain untuk gelombang-gelombang yang memiliki beda fase
ditunjukkan pada gambar ini.
Karena gelombang-gelombang ini memiliki
frekuensi yang sama, mereka akan saling mendahului dalam derajat sudut
yang sama pada semua titik-titik pada kedua gelombang itu dalam fungsi
waktu. Karena alasan ini, kita dapat menyatakan beda fase antara dua
atau lebih gelombang yang memiliki frekuensi yang sama dalam nilai yang
konstan sepanjang kedua gelombang tersebut. Jadi,bukanlah suatu
kesalahan apabila kita mendengar pernyataan ini : tegangan “A” beda fase
sebesar 45 derajat dengan tegangan “B”. Gelombang yang mendahului
proses putarannya dikatakan leading (mendahului) sedangkan yang
terbelakang disebut lagging (didahului/terbelakang).
Beda fase adalah pengukuran yang relatif
yang terukur antara dua gelombang. Tidak ada gelombang yang memiliki
nilai fase yang absolut karena tidak ada referensi universal dalam
pengukuran fase . Jadi, pengukuran beda fase tidak mungkin ada apabila
kita hanya punya satu gelombang karena beda fase adalah hasil pengukuran
antara dua gelombang. Tetapi umumnya dalam analisa rangkaian AC,
gelombang tegangan dari sumber dayanya digunakan sebagai referensi
fasenya, biasanya nilai sumber tegangannya dinyatakan sebagai “xxx volt
pada 0 derajat”. Tegangan atau arus lainnya dalam rangkaian itu akan
memiliki beda fase yang diukur relatif terhadap fase sumber tegangan
tersebut.
Inilah yang membuat analisa rangkaian AC
lebih kompleks dibandingkan DC. Ketika kita meggunakan hukum Ohm dan
hukum Kirchhoff pada suatu rangkaian AC, nilai arus dan tegangan pada
rangkaian AC itu haruslah ditunjukkan nilai amplitudo dan beda fasenya.
Perhitungan matematis seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian haruslah meliputi perhitungan amplitudo dan juga perhitungan
beda fasenya. Untungnya, ada suatu sistem nilai matematis yang disebut
bilangan kompleks (complex number) yang bisa digunakan untuk
melaksanakan tugas ini. Karena sistem bilangan kompleks sudah
merepresentasikan baik itu amplitudo dan juga beda fasenya. Jadi,
bilangan kompleks sangatlah penting untuk dipejari dalam analisa
rangkaian AC.
Apabila diketahui nilai tegangan dan arus pada suatu komponen memiliki persamaan v = 20 sin (ωt + 30o) dan i = 18 sin(ωt - 40o) , gambarkan diagram fasornya, hitung beda fasenya, dan gambar bentuk gelombangnya.
Bentuk fasornya ditunjukkan pada gambar 1. Dari sini anda dapat melihat bahwa v mendahului i sebesar 70o. Bentuk gelombangnya ditunjukkan pada gambar 1b.
Gambar 2 menunjukkan sepasang gelombang v1 dan v2
pada suatu osiloskop. Masing-masing volt per div (skala vertikal)
menunjukkan nilai 20 V dan masing-masing time per div (skala
horisontal/waktu) menunjukkan 20 μs. Tegangan v1 mendahului v2. Gambarkan diagram fasornya dengan v1 sebagai referensinya. Tentukan persamaan kedua tegangan tersebut.
Dari foto di atas, magnitudo dari v1 adalah Vm1 = 3 div × 20 V/div = 60 V, Vm2
= 40 V. Panjang satu periode adalah T = 6 × 20 μs = 120 μs, dan beda
fase antara dua gelombang tersebut adalah satu kotak atau 1 div yang
bernilai 20 μs (1/6 dari periodenya = 60o). Dengan memilih v1 sebagai referensinya dan v2 tertinggal, maka diagram fasornya ditunjukkan pada gambar b. Frekuensi sudutnya adalah ω = 2π/T = 2π/(120×10-6 s)= 52.36×103 rad/s. Oleh karena itu, persamaan kedua tegangan tersebut adalah v1 = Vm1 sin ωt = 60 sin (52.36×103 t) V dan v2 = 40 sin (52.36×103 t – 60o) V.